Ciri Hati yang Telah Mendapat Celupan al-Quran

Ciri Hati yang Telah Mendapat Celupan al-Quran

Celupan Quran Menghidupkan Hati

Cuaca panas Kota Makkah menjadikan Umayyah ibn Khalaf kian merasa gerah. Betapa tidak, siang itu Umayyah mendapati Bilal ibn Rabah, budak legamnya tiba-tiba berani membangkang perintahnya.

Sungguh sebuah aib besar yang sangat memalukan bagi majikan sekelas Umayyah yang notabene bangsawan di kalangan masyarakat Makkah.

Singkat kata, Umayyah yang kalap segera menyeret Bilal ke tengah padang pasir untuk menyiksa budaknya di bawah terik matahari.

Belum usai keheranan Umayyah dengan ketegaran sikap budaknya, tiba-tiba ia dikejutkan oleh konglomerat Muslim bernama Abu Bakar as-Shiddiq yang datang memerdekakan Bilal.

Lebih heran lagi, sebab Abu Bakar rupanya tak merasa perlu menawar harga tinggi yang diajukan oleh Umayyah ketika itu.

“Sebenarnya, kalau engkau menawar sampai satu uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk menjualnya,” ucap Umayyah masih dalam ketidakmengertiannya.

Kisah Bilal di atas hanyalah satu dari deretan kisah ajaib orang-orang yang tersentuh dengan nilai al-Quran. Sejak turunnya wahyu berupa al-Quran kepada Nabi Muhammad, sontak para pengikut Nabi mengalami perubahan yang sangat mendasar dalam kehidupan mereka. Kini mereka hidup dalam gairah menjalani proses keimanan. Ibarat ungkapan anak remaja, al-Quran berhasil menjadikan hidup para sahabat lebih hidup lagi.

Tentunya, tak ada yang instan dalam kehidupan di dunia ini. Segalanya butuh proses dan hubungan sebab akibat. Termasuk perubahan sikap hidup para sahabat itu tak datang dengan sendirinya. Apa yang terjadi pada diri seorang Bilal, misalnya. Adalah “akumulasi positif” dari interaksi Bilal dengan wahyu al-Quran.

Sibghah al-Quran

Sebagai mukjizat abadi, dominasi ruh al-Quran dalam diri sahabat inilah yang menjadikan mereka sebagai pribadi-pribadi unggul. Bahkan Nabi tak sungkan menyematkan kepada sahabat-sahabatnya gelar “generasi terbaik” sepanjang kehidupan manusia.

Ahli Tafsir Abdurrahman as-Sa’di menjelaskan, ruh al-Quran sanggup menghidupkan hati dan jiwa manusia. Dengannya segala urusan dunia termasuk akhirat menjadi lancar dan kokoh. Sebab al-Quran mengandung berkah kebaikan yang banyak dan ilmu yang bermanfaat.

Menurut as-Sa’di, hal itu adalah mutlak hak kuasa Allah yang diberikan kepada siapa yang Dia hendaki untuk mendapatkan hidayah. Untuk itu, siapa yang mendapati dirinya tentram dengan bacaan al-Quran maka ia wajib bersyukur karena telah mendapatkan karunia besar dari Allah.

Salah satu indikasi hati yang mendapat sibghah (celupan) al-Quran adalah ketika seorang hamba mendapati jiwanya tenang dengan bacaan al-Quran.

Ia menikmati lantunan tersebut bahkan bergetar dengan ayat-ayat al-Quran. Termasuk indikasi tersebut, ketika orang itu dimudahkan oleh Allah mengamalkan al-Quran dalam kesehariannya. Mulai dari menjaga ibadah-ibadah yang bersifat fardhu ain hingga amalan sunnah lainnya sebagai penopang yang wajib.

Sebaliknya, akhlak yang buruk menjadi cermin utama dari hati yang kering. Sehari-harinya orang yang jauh dari al-Quran hanya disibukkan dengan keburukan dan perbuatan maksiat kepada Allah.

Alih-alih beramal shaleh dan memberi manfaat buat orang lain, justru tak sedikit perilaku orang tersebut kerap merugikan orang lain dan dirinya sendiri.

Olehnya, seorang ulama salaf berkata: “Sungguh aneh perkara manusia. Mereka gundah dan menangisi orang-orang yang mati jasadnya. Tapi orang tersebut tak mampu bersedih dan mengalirkan airmatanya ketika ada di antara mereka yang mati hatinya. Ibarat liang lahat, jasad mereka yang sehat hanya mampu berfungsi sebagai kuburan bagi ruh yang kering lagi tak bermakna lagi.”

Senada, Malik bin Dinar pernah mengingatkan, “Wahai ahlu al-Quran? Apa yang telah al-Quran tanam pada hati-hati kalian? Sesungguhnya al-Quran itu mampu menghidupkan hati layaknya hujan yang menyuburkan tanah yang tandus sekalipun,” (Al-Jami’ li Ahkam al-Quran, al-Qurthubi).

Allah berfirman:

وكذلك أوحينا إليك روحا من أمرنا ما كنت تدري ما الكتاب ولا الإيمان ولكن جعلناه نورا نهدي به من نشاء من عبادنا وإنك لتهدي إلى صراط مستقيم

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (al-Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al-Kitab (al-Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan al-Quran siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Surah as-Syura [42]: 52).*/Masykur Abu Jaulah

Sumber : Hidayatullah

Pengurus: MQI adalah portal belajar al-Qur'an.Khusus menyajikan berita dan informasi seputar al-Qur'an di Indonesia dan mancanegara
Disqus Comments Loading...
Leave a Comment